Top List Pedia – Di tengah kemajuan sains dan teknologi, kini muncul layanan yang terdengar seperti kisah fiksi ilmiah yaitu pembekuan jenazah tubuh manusia setelah meninggal dunia, dengan harapan dapat dihidupkan kembali suatu hari nanti. Inilah yang ditawarkan oleh Tomorrow Bio, sebuah perusahaan rintisan asal Jerman, yang memperkenalkan praktik cryonics atau kriopreservasi ke Eropa dengan pendekatan yang lebih serius dan sistematis.
Meski terdengar seperti mimpi besar untuk menaklukkan kematian, konsep Pembekuan Jenazah menimbulkan banyak pertanyaan dari segi etika, ilmiah, hingga praktis. Apakah benar suatu hari nanti tubuh yang dibekukan dapat diaktifkan kembali? Atau justru ini hanya bentuk baru dari harapan abadi umat manusia yang belum siap menerima kenyataan hidup dan mati?
Konsep cryonics bukanlah hal baru. Sudah sejak tahun 1960-an, ilmuwan mencoba menjawab tantangan besar dalam biologi: menyelamatkan manusia dari kematian melalui pembekuan. Namun berbeda dari upaya masa lalu yang bersifat eksperimental, Tomorrow Bio mengemasnya sebagai layanan profesional.
Saat seseorang dinyatakan meninggal secara hukum, tim medis mereka segera bergerak untuk memulai proses pembekuan. Prosedur dimulai dengan menurunkan suhu tubuh dan mengganti cairan darah dengan cairan anti pembekuan khusus. Selanjutnya, jenazah disimpan di ruang nitrogen cair bersuhu -196 derajat Celsius di fasilitas penyimpanan di Swiss.
Tujuannya adalah menjaga struktur sel tubuh, terutama otak, agar tidak rusak, sambil menunggu terobosan medis di masa depan yang mungkin memungkinkan reanimasi. Layanan ini tidak murah sekitar Rp2 miliar untuk pembekuan tubuh penuh, dan sekitar Rp1,2 miliar hanya untuk bagian otak.
Baca Juga : Trik Nama Kosong di Free Fire: Gaya Unik yang Bikin Orang Penasaran
Meski belum terbukti secara ilmiah, cryonics telah menarik perhatian sejumlah kalangan yang percaya bahwa suatu hari nanti kematian bisa “dibatalkan”. Beberapa pelanggan menganggap layanan ini sebagai bentuk investasi jangka panjang terhadap kemungkinan teknologi penyembuhan mutakhir.
Bagi sebagian orang, konsep “hidup kedua” ini terasa lebih seperti asuransi eksistensial. Mereka tak ingin mati dalam kondisi penyakit yang belum bisa disembuhkan hari ini, dan lebih memilih menunggu masa depan yang lebih menjanjikan.
Namun, harapan semacam ini bukan tanpa risiko. Selain ketidakpastian medis, penyimpanan jangka panjang jenazah beku membutuhkan dana besar dan manajemen yang sangat hati-hati. Siapa yang menjamin tubuh tetap aman dalam puluhan atau ratusan tahun ke depan?
Sebagian besar ilmuwan hingga kini masih meragukan efektivitas kriopreservasi manusia. Salah satu masalah utama adalah kerusakan sel yang terjadi saat proses pembekuan maupun pencairan kembali. Meskipun beberapa organ kecil seperti embrio atau jaringan tertentu bisa diawetkan, sejauh ini belum ada bukti bahwa tubuh manusia utuh terutama otak bisa dibekukan lalu dikembalikan fungsinya secara sempurna.
Selain itu, kesadaran dan ingatan manusia sangat bergantung pada struktur saraf otak yang rapuh. Bahkan jika tubuh bisa dihidupkan kembali, apakah ingatan dan identitas orang tersebut akan tetap sama?
Sejumlah ahli menyebut bahwa cryonics masih berada dalam ranah spekulasi tinggi, dan lebih mendekati kepercayaan daripada sains yang bisa diverifikasi.
Simak Juga : Team Liquid PH SEMPURNA: Juara MSC 2025 dengan Skor 4‑1
Meski tampak menjanjikan, layanan pembekuan jenazah seperti yang ditawarkan oleh Tomorrow Bio tetap memunculkan pertanyaan reflektif: apakah kita terlalu jauh melangkah dalam mengejar kehidupan abadi? Ataukah ini justru bentuk baru dari ketakutan manusia terhadap kematian?
Terlepas dari jawabannya, yang jelas adalah bahwa cryonics telah membuka babak baru dalam diskusi etika medis, hukum warisan, hingga filosofi kehidupan. Mungkin teknologi suatu hari mampu menghidupkan kembali tubuh yang beku. Namun hingga saat itu tiba, keputusan untuk membekukan diri tetaplah lompatan keyakinan antara harapan, ketakutan, dan ketidakpastian.