Mengenal Angka 4 Sebagai Hal Sial dalam Budaya Jepang

Mengenal Angka 4 Sebagai Hal Sial dalam Budaya Jepang

Top List Pedia – Di Jepang, angka 4 sering kali dianggap membawa sial. Hal ini bukan tanpa alasan, karena dalam bahasa Jepang angka 4 dapat dibaca sebagai “shi” yang memiliki makna sama dengan kata kematian (死). Kemiripan pengucapan inilah yang kemudian menumbuhkan stigma negatif terhadap angka ini dalam kehidupan masyarakat Jepang.

Kepercayaan tersebut tidak hanya muncul secara tiba-tiba, melainkan berakar dari pengaruh budaya Asia Timur, khususnya Tiongkok. Konsep tetraphobia atau ketakutan terhadap angka empat menjadi fenomena yang cukup umum di negara-negara Asia, termasuk Korea dan Taiwan. Jepang yang memiliki hubungan erat dengan budaya Tiongkok turut mewarisi keyakinan ini dan menerapkannya hingga ke berbagai aspek kehidupan.

Penghindaran Angka 4 dalam Kehidupan Sehari-hari

Pengaruh kepercayaan bahwa angka 4 membawa sial terlihat jelas dalam keseharian masyarakat Jepang. Mereka cenderung menghindari angka tersebut dalam berbagai kesempatan yang dianggap penting.

Beberapa bentuk penghindaran angka 4 antara lain:

  • Bangunan dan Rumah Sakit: Banyak gedung di Jepang, khususnya rumah sakit dan apartemen, tidak menggunakan nomor lantai atau kamar yang mengandung angka 4. Sebagai contoh, setelah lantai 3 langsung dilanjutkan ke lantai 5.
  • Pemberian Hadiah: Ketika memberikan hadiah atau amplop, jumlah empat dianggap tidak pantas. Masyarakat lebih memilih angka ganjil seperti 3 atau 5 karena dianggap lebih membawa keberuntungan.
  • Bidang Usaha: Beberapa toko atau restoran sengaja menghindari penggunaan angka 4 dalam harga atau jumlah porsi agar tidak menimbulkan kesan buruk di mata konsumen.

Dengan kata lain, stigma terhadap angka ini bukan hanya mitos, melainkan sudah mengakar dalam perilaku praktis sehari-hari.

Baca Juga : Desa Giethoorn: Kehidupan Unik di Desa Tanpa Jalan Raya

Kombinasi Angka yang Lebih Dianggap Sial

Tidak hanya angka 4 yang dianggap sial, melainkan juga kombinasi angka yang melibatkan angka tersebut. Dalam kepercayaan masyarakat Jepang, gabungan angka tertentu memiliki konotasi yang bahkan lebih menakutkan.

Beberapa kombinasi angka yang dihindari, di antaranya:

  • 42 → Dibaca “shini”, yang berarti “sedang menuju kematian”.
  • 49 → Dibaca “shiku”, yang bermakna “kematian penuh penderitaan”.
  • 43 → Dibaca “shisan”, yang berarti “keguguran” atau “stillbirth”.

Kombinasi ini membuat banyak orang lebih berhati-hati, terutama ketika memilih nomor kamar, nomor kendaraan, atau bahkan nomor telepon. Angka-angka tersebut sering kali dihindari karena dianggap bisa mendatangkan nasib buruk.

Perspektif Lintas Budaya tentang Angka Sial

Kepercayaan mengenai angka sial sejatinya tidak hanya ada di Jepang. Di negara-negara Asia Timur lain seperti Tiongkok dan Korea, angka 4 juga mendapat stigma yang sama. Semua ini disebabkan oleh kesamaan bunyi kata “empat” dengan kata “mati” dalam bahasa mereka.

Menariknya, pandangan tentang angka sial berbeda ketika kita melihat budaya Barat. Di negara-negara Eropa dan Amerika, angka 13 justru lebih sering dianggap sebagai simbol kesialan. Fenomena ini dikenal dengan istilah triskaidekaphobia. Sebaliknya, di Jepang angka 13 tidak memiliki makna khusus, sehingga masyarakat tidak memiliki ketakutan serupa terhadap angka tersebut.

Perbedaan ini menunjukkan bahwa persepsi tentang angka sial sangat dipengaruhi oleh budaya, bahasa, dan sejarah suatu masyarakat. Apa yang dianggap sial di satu negara bisa jadi netral, atau bahkan dianggap sebagai angka keberuntungan di negara lain.

Simak Juga : Zodiak Hari Ini: Siapkah Anda Menghadapi Tantangan Baru?

Angka Keberuntungan dan Kebalikan dari Kesialan

Meski angka 4 dianggap sial, masyarakat Jepang juga mengenal angka-angka yang dianggap membawa keberuntungan. Angka-angka ini biasanya memiliki makna positif, baik dari bentuk kanji, pengucapan, maupun simbolisme budaya.

Beberapa angka keberuntungan di Jepang antara lain:

  • 7 → Angka suci dalam ajaran Buddha, sering dikaitkan dengan keberuntungan.
  • 8 → Bentuk kanji “八” yang melebar ke bawah melambangkan kemakmuran dan rezeki yang terus berkembang.
  • 5 → Angka ganjil yang dianggap harmonis dan sering muncul dalam tradisi Jepang.

Persepsi positif terhadap angka-angka ini membuatnya sering digunakan dalam berbagai perayaan, termasuk pernikahan, upacara adat, dan bahkan strategi bisnis. Kehadiran angka keberuntungan menjadi semacam penyeimbang dari anggapan buruk terhadap angka 4.


Relevansi Kepercayaan Angka dalam Kehidupan Modern

Alih-alih ditutup dengan kesimpulan, lebih menarik membicarakan bagaimana kepercayaan terhadap angka ini masih relevan di era modern. Meski sebagian generasi muda Jepang lebih terbuka dan tidak terlalu terikat dengan mitos lama, praktik penghindaran angka 4 tetap bertahan. Alasannya sederhana: masyarakat cenderung menghormati tradisi dan tidak ingin menantang hal yang dianggap tabu.

Selain itu, kepercayaan ini juga menjadi bagian dari identitas budaya yang unik. Wisatawan asing sering kali terkesan ketika melihat lantai 4 yang hilang di sebuah bangunan, atau saat mengetahui mengapa hadiah dengan jumlah empat dianggap tidak pantas. Hal-hal semacam ini justru memperkaya pengalaman budaya Jepang di mata dunia.

Pada akhirnya, angka hanyalah simbol. Namun, makna yang melekat padanya bisa memengaruhi perilaku dan kebiasaan sebuah masyarakat. Angka 4 di Jepang mungkin dianggap sial, tetapi justru dari sinilah kita bisa melihat bagaimana tradisi, bahasa, dan imajinasi kolektif membentuk cara pandang manusia terhadap dunia di sekitarnya.

Scroll to Top